Dengan nama Tuhan Sang Pencipta Cinta,
Ingin ku awali cerita Sang Pria Malaya,
Dengan pengakhiran ceritera sebuah sesal & lara,
Dan mungkin ini bukan kali terakhir ku seru namanya.
Terdahulu Sang Pria hanya lelaki biasa,
Mengidamkan kejayaan dalam kehidupan,
Hatinya mendambakan cinta sejati seorang perawan,
Namun tak pernah ditemui biar secebispun di jalanan
Kata pujangga, ajal maut jodoh pertemuan di tangan Tuhan,
Sang Pria mengenalnya sedari awal umur meningkat,
Suka dan sayang keanak-anakan tak pernah bercambah,
Dari ibukota, Sang Pria merantau pulang ke halaman Jelapang Padi,
Kau ambil nenda tercinta lalu Kau gantikan sebuah jalan bahagia,
Ladang tebu dan bukit kapur Indera Kayangan aku bermukim,
Hingga tercampak ke tanah ladang Labohan Dagang beberapa musim,
Demi sebuah kepastian & kejayaan dalam kehidupan,
Sepantas waktu berlalu, Sang Pria tak pernah lupa,
Warkah digital wadah berutus salam, khabar dan doa,
Kerna ada sesuatu pada dirinya yang istimewa,
Biar beribu batu tak sedikit pun sang Pria lupa,
Lama kelamaan sang Pria mulai jatuh hati,
Kasih itu berbalas sama dirasa sang Puteri,
Bermulalah saat kasih berpaut janji bersemi,
Pria dan Puteri sama melakar impian dan destinasi
2010 bermulanya babak dalam badai tak reda,
Sang Pria gigih menyusun tangga ke angkasa,
Hadir sang Puteri mendokong teguh belikat,
Menambah azimat doa ayah ibu yang berkat,
Sang Pria tak pernah lupa,
Kata pembakar di kala obor perjuangan menyirna,
Beberapa nota ringgit pinjaman dikala terpaksa,
Di Tasik Pemaisuri nan luas tempat bersua,
Terpahat memori indah berwarna suka dan duka,
Masa berlalu berganti kiraan Masihi,
Tibalah masa sang Pria harus pergi,
Demi mencari kebanggaan untuk nusa,
Biar separuh hatinya tertinggal di Malaya,
Hiba,
Saat perpisahan yang sudah diduga,
Pernah suatu masa Puteri dan Pria berbicara,
" Mungkinkah kita akan terputus di tengah jalan,
mungkinkah kita kan terlerai tanpa ikatan?"
Pria mengerti maksud sang Puteri,
Masa dan jarak akan benar menduga kekuatan hati,
Namun langkah harus diorak azam harus dipasak,
Ini masa depanku, ini jalanku yang penuh onak,
Di bumi Kangaroo Pria berkelana,
Menuntut ilmu kelak menjadi orang berguna,
Sering saja dua hati ini teruji,
Salah sangka berselang dilema tak pernah henti,
Dua dunia yang berbeza waktu dan acara,
Dikala Puteri masih jaga Pria sudah lama terlena,
Dikala Pria membuka mata langit masih kelam di Malaya,
Hingga tiba suatu masa racun dan bisa cemburu buta,
Memanah tepat menular ke dalam dada,
Tiada lagi madah perdamaian yang dapat dikata,
Semuanya berinti emosi dan prasangka,
Sang Pria gundah lelah dan kian lemah,
Neurologi,Psikiatri, dan Endokrinologi tak beransur mudah
Dua kosong satu empat Pria jatuh ke bumi,
Sang Puteri mengundur diri,
Enam purnama sang Pria diketepi dari universiti,
Hidup ketika itu antara nyata dan mimpi,
Sang Pria hilang dalam kekalutan,
Terasa sunyi dan hiba hidup dalam buangan,
Tiap hari dihabiskan untuk mencari sebuah erti,
Mengapa pada aku semua ini terjadi?
Masa berselang hari-hari pahit dilewati,
Pria mengharap kepulangan Puteri,
Hatinya benar-benar tidak mampu mengerti,
Apakah sayang dan kasih sudah semuanya berganti benci,
Hatinya rindu teramat pada sang Puteri,
Hingga terbisik apakah mungkin dapat diganti,
Sang Pria hilang dalam kekeliruan,
Sang Puteri seolah telah jauh kehadapan,
Benarkah bermusim berkasih sudah tidak terkesan,
Benarkah hati Puteri tak mampu lagi Pria pulihkan,
Jeda masa terbiar dalam sunyi,
Pria mulai yakin dia tak lagi memiliki Puteri,
Maka dengan khilaf bersulam amarah,
Pria mulai melangkah berubah arah,
Angin lalu membawa khabar sengketa,
Sang Puteri bertambah yakin selingkuh agenda sang Pria,
Hadir seorang jejaka menambah jarak dua hati yang jauh,
Berlalulah Puteri sepenuhnya tanpa sedikitpun kasih berlabuh,
Musim dingin berganti bunga,
Amarah pria bertambah reda,
Sedar dan waras kembali semula,
Dalam sendu Pria berbicara:
"Puteriku,
Ku sedari hatimu telah renyuk oleh perbuatanku. Ku akui kekhilafan dan kesilapan yang telah aku lakukan. Jujur ku nyatakan, melepasmu pergi adalah sebuah perbuatan yang tak dapat aku lakukan. Begitu dalam kasih yang kau tanamkan di hati ini, meski ada masanya ia layu dan kemarau, namun mati tidak sekali.
Puteriku,
Tika bersamamu, aku yang kerdil bertambah gagah di kala musibah.Tika bersamamu, seolah kakiku mampu meredah tujuh benua tanpa lelah.Tiap tangis dan tawamu buatku adalah sebuah irama yang indah.
Puteriku,
Di sudut hati ini ada suatu ruang buatmu yang tak bisa disentuh sesiapa. Apakah pantas aku mengharapkanmu kembali setelah hatimu kucalari?.Separuh hatiku mahu membina impian kita kembali, namun separuh lagi mencaci maki andainya airmatamu ku alirkan kembali.
Demi Tuhan Pencipta Cinta, aku bermohon agar dirimu bahagia biarpun aku tak bersama.
Demi Dia Pencipta Manusia, aku bermohon agar hatiku redha menanggung kekesalan ini,
Kerana ceritera ini aku tidak lagi berani untuk mencintai buat kedua kali,
Kerana ceritera ini sebuah kekesalan dan kekhilafan akan ku heret sehingga mati."
Tamat
Ingin ku awali cerita Sang Pria Malaya,
Dengan pengakhiran ceritera sebuah sesal & lara,
Dan mungkin ini bukan kali terakhir ku seru namanya.
Terdahulu Sang Pria hanya lelaki biasa,
Mengidamkan kejayaan dalam kehidupan,
Hatinya mendambakan cinta sejati seorang perawan,
Namun tak pernah ditemui biar secebispun di jalanan
Kata pujangga, ajal maut jodoh pertemuan di tangan Tuhan,
Sang Pria mengenalnya sedari awal umur meningkat,
Suka dan sayang keanak-anakan tak pernah bercambah,
Dari ibukota, Sang Pria merantau pulang ke halaman Jelapang Padi,
Kau ambil nenda tercinta lalu Kau gantikan sebuah jalan bahagia,
Ladang tebu dan bukit kapur Indera Kayangan aku bermukim,
Hingga tercampak ke tanah ladang Labohan Dagang beberapa musim,
Demi sebuah kepastian & kejayaan dalam kehidupan,
Sepantas waktu berlalu, Sang Pria tak pernah lupa,
Warkah digital wadah berutus salam, khabar dan doa,
Kerna ada sesuatu pada dirinya yang istimewa,
Biar beribu batu tak sedikit pun sang Pria lupa,
Lama kelamaan sang Pria mulai jatuh hati,
Kasih itu berbalas sama dirasa sang Puteri,
Bermulalah saat kasih berpaut janji bersemi,
Pria dan Puteri sama melakar impian dan destinasi
2010 bermulanya babak dalam badai tak reda,
Sang Pria gigih menyusun tangga ke angkasa,
Hadir sang Puteri mendokong teguh belikat,
Menambah azimat doa ayah ibu yang berkat,
Sang Pria tak pernah lupa,
Kata pembakar di kala obor perjuangan menyirna,
Beberapa nota ringgit pinjaman dikala terpaksa,
Di Tasik Pemaisuri nan luas tempat bersua,
Terpahat memori indah berwarna suka dan duka,
Masa berlalu berganti kiraan Masihi,
Tibalah masa sang Pria harus pergi,
Demi mencari kebanggaan untuk nusa,
Biar separuh hatinya tertinggal di Malaya,
Hiba,
Saat perpisahan yang sudah diduga,
Pernah suatu masa Puteri dan Pria berbicara,
" Mungkinkah kita akan terputus di tengah jalan,
mungkinkah kita kan terlerai tanpa ikatan?"
Pria mengerti maksud sang Puteri,
Masa dan jarak akan benar menduga kekuatan hati,
Namun langkah harus diorak azam harus dipasak,
Ini masa depanku, ini jalanku yang penuh onak,
Di bumi Kangaroo Pria berkelana,
Menuntut ilmu kelak menjadi orang berguna,
Sering saja dua hati ini teruji,
Salah sangka berselang dilema tak pernah henti,
Dua dunia yang berbeza waktu dan acara,
Dikala Puteri masih jaga Pria sudah lama terlena,
Dikala Pria membuka mata langit masih kelam di Malaya,
Hingga tiba suatu masa racun dan bisa cemburu buta,
Memanah tepat menular ke dalam dada,
Tiada lagi madah perdamaian yang dapat dikata,
Semuanya berinti emosi dan prasangka,
Sang Pria gundah lelah dan kian lemah,
Neurologi,Psikiatri, dan Endokrinologi tak beransur mudah
Dua kosong satu empat Pria jatuh ke bumi,
Sang Puteri mengundur diri,
Enam purnama sang Pria diketepi dari universiti,
Hidup ketika itu antara nyata dan mimpi,
Sang Pria hilang dalam kekalutan,
Terasa sunyi dan hiba hidup dalam buangan,
Tiap hari dihabiskan untuk mencari sebuah erti,
Mengapa pada aku semua ini terjadi?
Masa berselang hari-hari pahit dilewati,
Pria mengharap kepulangan Puteri,
Hatinya benar-benar tidak mampu mengerti,
Apakah sayang dan kasih sudah semuanya berganti benci,
Hatinya rindu teramat pada sang Puteri,
Hingga terbisik apakah mungkin dapat diganti,
Sang Pria hilang dalam kekeliruan,
Sang Puteri seolah telah jauh kehadapan,
Benarkah bermusim berkasih sudah tidak terkesan,
Benarkah hati Puteri tak mampu lagi Pria pulihkan,
Jeda masa terbiar dalam sunyi,
Pria mulai yakin dia tak lagi memiliki Puteri,
Maka dengan khilaf bersulam amarah,
Pria mulai melangkah berubah arah,
Angin lalu membawa khabar sengketa,
Sang Puteri bertambah yakin selingkuh agenda sang Pria,
Hadir seorang jejaka menambah jarak dua hati yang jauh,
Berlalulah Puteri sepenuhnya tanpa sedikitpun kasih berlabuh,
Musim dingin berganti bunga,
Amarah pria bertambah reda,
Sedar dan waras kembali semula,
Dalam sendu Pria berbicara:
"Puteriku,
Ku sedari hatimu telah renyuk oleh perbuatanku. Ku akui kekhilafan dan kesilapan yang telah aku lakukan. Jujur ku nyatakan, melepasmu pergi adalah sebuah perbuatan yang tak dapat aku lakukan. Begitu dalam kasih yang kau tanamkan di hati ini, meski ada masanya ia layu dan kemarau, namun mati tidak sekali.
Puteriku,
Tika bersamamu, aku yang kerdil bertambah gagah di kala musibah.Tika bersamamu, seolah kakiku mampu meredah tujuh benua tanpa lelah.Tiap tangis dan tawamu buatku adalah sebuah irama yang indah.
Puteriku,
Di sudut hati ini ada suatu ruang buatmu yang tak bisa disentuh sesiapa. Apakah pantas aku mengharapkanmu kembali setelah hatimu kucalari?.Separuh hatiku mahu membina impian kita kembali, namun separuh lagi mencaci maki andainya airmatamu ku alirkan kembali.
Demi Tuhan Pencipta Cinta, aku bermohon agar dirimu bahagia biarpun aku tak bersama.
Demi Dia Pencipta Manusia, aku bermohon agar hatiku redha menanggung kekesalan ini,
Kerana ceritera ini aku tidak lagi berani untuk mencintai buat kedua kali,
Kerana ceritera ini sebuah kekesalan dan kekhilafan akan ku heret sehingga mati."
Tamat
Wah duh Abg Siapa yng pemilik sajak bahasa indon. walau apa pun aku cukup kagum dgn blogger kerana mendalami bhasa nusantara.